BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang memiliki nilai religius yang tinggi.
Pengaplikasian religius masyarakat Indonesia dilakukan dengan berbagai sikap
macam cara, mulai dari salat dan berpuasa bagi kaum muslim, serta pergi ke
gereja bagi kaum nasrani. Selain itu terbukti dari masih banyaknya orang yang
melakukan hal-hal yang disunahkan oleh agama seperti pergi berziarah. Ziarah
biasanya dilakukan dengan cara seseorang pergi berkunjung ke suatu makam dimana
makam tersebut merupakan makam orang-orang besar yang dihormati. Melakukan ziarah tidak hanya dilakukan oleh
orang-orang yang masih muda, namun orang-orang yang sudah berumur pun masih
banyak yag melakukan ziarah. Motif orang yang datang untuk berziarah pun
bermacam-macam. Mulai dari hanya sekedar mengirimkan doa untuk orang yang di
datangi ziarah, hingga ziarah dengan memohon suatu keinginan. Tidak hanya
motif, yang datang pun dari berbagai kelas. Ada
yang dari golongan orang biasa hingga kelas atas. Begitu juga yang
terjadi di gunung kawi, orang-orang yang datang serta motivasinya pun
bermacam-macam. Selain itu orang-orang yang datang ke gunung kawi pun tidak
hanya sekali atau dua kali, kegiatan ziarah seperti ini pun sudah menjadi
agenda rutinitas yang harus dilakukan.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan dari
penelitian yang dilakukan adalah mengapa orang-orang berziarah ke gunung kawi ?
C.
Tujuan
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sebab orang-orang datang ke gunung kawi.
D.
Manfaat
Manfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian ini adalah guna memahami motivasi orang-orang
yang ke gunung kawi.
BAB II
A.
Definisi
Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati
seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa
dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan
menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses
untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari diri
sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari
luar individu. Banyak teori motivasi yang dapat digunakan untuk mengungkap apa
sebenarnya motivasi dari individu yang pergi untuk berziarah di gunung kawi.
Peneliti menggunakan beberapa teori dari teori motivasi, teori yang digunakan
diantaranya adalah.
1.
TEORI
MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
Abraham Maslow
(1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan
pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang
memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan
Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang
lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum
kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Maslow
membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
a. Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan
manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti
makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila
kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua
yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan
akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan
pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
c. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan
fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul
kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi
yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan
kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi
bersama dan sebagainya.
d. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini
meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang,
pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja
seseorang.
e. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri
merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri
berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.
Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki
seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya
yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang
didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang
menantang kemampuan dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih
rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang
penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi.
Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan
dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya
lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti
menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi,
tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi
perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.
2.
Teori
ERG milik Clayton Alderfer
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG
yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan
(relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori
maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak
atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel
dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
A.
Definisi Ziarah
Kata-kata
ziarah menurut arti bahasanya adalah menengok. Ziarah kubur artinya menengok
kubur. Ziarah ke makam wali artinya menengok makan para wali. Menurut syari’at
agama Islam, ziarah kubur itu bukan hanya sekedar menengok kubur, bukan sekedar
menengok makam para wali, makam para Syuhada, makam para Pahlawan, bukan pula
untuk sekedar tahu dan mengerti dimana, atau untuk mengetahui keadaan kubur
atau makam, akan tetapi kedatangan seseorang ke kubur atau kemakam dengan maksud
untuk berziarah adalah mendoakan kepada yang dikubur atau yang dimakamkan dan
mengirim pahala untuknya atas bacaan-bacaan dari ayat-ayat Qur-an dan
kalimat-kalimat Thayyibah, seperti bacaan Tahlil, Tahmid, Tasbih, Shalawat dan
lain-lain.
B.
Sejarah
Gunung Kawi
Gunung Kawi
terletak pada ketinggian 2.860 meter dari permukaan laut,
terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya di
Kecamatan Wonosari, sekitar 40 km sebelah barat Kota Malang. Dulu daerah ini
disebut Ngajum. Namanya berubah menjadi Wonosari karena di tempat ini terdapat
obyek wisata spiritual. Wono diartikan sebagai hutan, sedangkan Sari berarti
inti. Namun bagi warga setempat, Wonosari dimaksudkan sebagai pusat atau tempat
yang mendatangkan rezeki. Kecamatan Wonosari memiliki luas hampir 67 kilometer
persegi, dengan jumlah penduduk 43 ribu jiwa. Tempat ini berkembang menjadi
daerah tujuan wisata ziarah sejak tahun 1980-an. Sebenarnya bukanlah Gunung Kawinya
yang membuat tempat ini terkenal, tetapi adanya sebuah kompleks pemakaman di
lereng selatan yang dikeramatkan, yaitu makam Eyang Kyai Zakaria alias Eyang
Jugo, dan Raden Mas Imam Sujono, alias Eyang Sujo. Penduduk setempat menyebut
area pemakaman tersebut dengan nama "Pesarean Gunung Kawi". Pesarean
yang terletak di ketinggian sekitar 800 m ini walaupun berada di lereng gunung,
namun mudah dijangkau, karena selain jalannya bagus banyak angkutan umum yang
menuju ke sana. Dari terminal Desa Wonosari, perjalanan diteruskan dengan
berjalan mendaki menyusuri jalan bertangga semen yang berjarak kira-kira 750 m.
Sepanjang perjalanan mendaki ini dapat dijumpai restoran, hotel, kios souvenir
dan lapak-lapak yang menjual perlengkapan ritual. Setelah melewati beberapa
gerbang, di ujung jalan didapati sebuah gapura, pintu masuk makam keramat.
Makam yang menjadi pusat dari kompleks Pesarean Gunung Kawi. Makam yang menjadi
magnet untuk menarik puluhan ribu orang datang setiap tahunnya.
Gunung Kawi memang dikenal sebagai tempat untuk
mencari kekayaan (pesugihan). Konon, barang siapa melakukan ritual dengan rasa
kepasrahan dan pengharapan yang tinggi maka akan terkabul permintaanya,
terutama menyangkut tentang kekayaan. Mitos ini diyakini banyak orang, terutama
oleh mereka yang sudah
merasakan
"berkah" berziarah ke Gunung Kawi. Namun bagi kalangan
rasionalis-positivis, hal ini merupakan isapan jempol belaka. Mitos dalam
bahasa sehari-hari diartikan sebagai cerita bohong, kepalsuan dan hal-hal yang
berbau dongeng (tahayul). Biasanya lonjakan masyarakat yang melakukan ritual
terjadi pada hari Jumat Legi ( hari pemakaman Eyang Jugo) dan tanggal 12 bulan
Suro (memperingati wafatnya Eyang Sujo). Ritual dilakukan dengan meletakkan
sesaji, membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan
hingga berbulan-bulan.
Selain pesarean sebagai fokus utama tujuan para
pengunjung, terdapat
tempat-tempat lain yang dikunjungi karena 'dikeramatkan'
dan
dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk mendatangakan
keberuntungan,
antara lain:
1.
Guci
Kuno
Dua buah guci
kuno merupakan peninggalan Eyang Jugo. Pada jaman dulu guci kuno ini dipakai
untuk menyimpan air suci untuk pengobatan. Masyarakat sering menyebutnya dengan
nama “jamjam”. Mungkin ingin menganalogkan dengan air zamzam dari Padang Arafah
yang memiliki aneka khasiat. Guci kuno ini sekarang diletakkan di samping kiri
pesarean. Masyarakat meyakini bahwa dengan meminum air dari guci ini akan
membikin seseorang menjadi awet muda.
2.
Pohon
Dewandaru
Di area
pesarean, terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan keberuntungan. Pohon
ini disebut pohon dewandaru, pohon kesabaran. Pohon yang termasuk jenis cereme
Belanda ini oleh orang Tionghoa disebut sebagai shian-to atau pohon dewa. Eyang
Djugo dan Eyang Imam Sudjono menanam pohon ini sebagai perlambang daerah ini
aman. Untuk mendapat “simbol perantara kekayaan”, para peziarah menunggu dahan,
buah dan daun jatuh dari pohon. Begitu ada yang jatuh, para peziarah langsung
berebut. Untuk memanfaatkannya sebagai azimat, biasanya daun itu dibungkus
dengan selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet. Namun, untuk
mendapatkan daun dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya bukan
hanya jam namun bisa berhari-hari,
bahkan berbulan-bulan. Bila harapan mereka terkabul, para peziarah akan datang
lagi ke tempat ini untuk melakukan syukuran.
C.
Judulnya
Peneliti
mengambil judul Motivasi berziarah di makam Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono
karena peneliti ingin mengetahui apa motivasi dari para peziarah yang datang ke
gunung kawi.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
Pengambilan Subjek
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama
penelitian yaitu para pengunjung pesarean Gunung Kawi, Kabupaten Malang.
Subjek penelitian yang dijadikan sebagai informan adalah
Bapak dan Ibu pengunjung pesarean Gunung Kawi, Kabupaten Malang, yaitu mereka
yang sedang melakukan ziarah makam di pesarean Gunung Kawi pada malam
Jumat legi. Sesuai dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan informan yang
memenuhi kriteria dalam penelitian ini yaitu para pengunjung pesarean Gunung
Kawi yang melakukan ziarah dengan membawa seserahan berupa bunga dan menyan
serta memasukkan uang seikhlasnya sebagai bentuk rasa syukur. Subjek penelitian
sebagaimana yang dimaksud adalah para pengunjung pesarean
Gunung Kawi yang
melakukan ziarah ke makam Mbah Imam Sudjono dan
Eyang Djugo. Teknik pemilihan subjek yang peneliti lakukan ialah teknik
snowball, karena pada saat penelitian peneliti mendapatkan informasi dari
berbagai sumber.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah
makam eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono sebagai fokus penelitian untuk mendapatkan data.
Lokasi penelitian yang
terpilih sebagai objek kajian dalam studi karena
lokasi penelitian para
pengunjung datang untuk
berziarah di makam Eyang Djugo dan Mbah
Imam Sudjono
yang merupakan leluhur yang dipercaya dapat membantu untuk berdoa disana
dipercaya dapat mendatangkan banyak rejeki.
2. Teknik pengumpulan data
Desain kualitatif sebagai pendekatan dalam
melakukan penelitian yaitu berusaha untuk mengungkap fenomena sosial yang ada
di masyarakat, teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
dan wawancara.
a.
Observasi
Menurut Kartono (1980: 142) pengertian
observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan
gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Pada saat
observasi peneliti melakukan penelitian sebagai partisipan total (the complete participant).
Dalam hal ini peneliti menjadi anggota penuh dari suatu kelompok yang diamati,
artinya peneliti bergabung secara penuh atau menjadi anggota secara penuh dalam
kelompok yang diamati sendiri oleh peneliti. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh
informasi apa saja yang dibutuhkannya.
b.
Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan oleh pewawancara kepada interviewee, dan jawaban-jawaban responden
dicatat atau direkam dengan alat perekam.
Pada saat melakukan penelitian di gunung kawi, peneliti melakukan teknik
wawancara tidak terstruktur. Peneliti melakukan teknik ini karena peneliti
belum mengetahui secara pasti apa yang akan di tanyakan kepada interviewee.
Peneliti menggunakan teknik ini karena jika ada pertanyaan yang belum dipahami, interviewer
dapat segera menjelaskan
kepada interviewee apa yang dimaksud.
3. Teknik analisis data
Prosedur kegiatan
penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu:
1.
Open coding
Pada tahap ini peneliti berusaha memperoleh sebanyak-banyaknya
variasi data yang terkait dengan topik penelitian, hal-hal yang dilakukan
adalah mengeksplorasi, menelaah, memerinci, memeriksa, membanding-bandingkan,
mengkonsepsikan, dan mengkategorikan data atau fenomena yang diperoleh selama
di lapangan.
2.
Axial coding
Proses penelitian lebih terfokus dengan melakukan pendalaman dan
pengembangan terhadap kategori atau tema untuk mencari hubungan antar tema atau
kategori tersebut hingga sesuai dengan fokus penelitian yang sesuai dengan data
lapangan. Data yang dihasilkan dari tahapan open coding diorganisir kembali
berdasarkan kategori dan dikembangkan ke arah proposisi. Pada tahap ini
peneliti menganalisis hubungan antar kategori tema-tema yang muncul.
3.
Selective coding
Tahapan selective coding peneliti berusaha mengklasifikasikan
hasil proses pemeriksaan dari substansi antar kategori kaitannya dengan
kategori lainnya. Substansi antar kategori tersebut akan ditemukan melalui
perbandingan hubungan antar kategori dengan menggunakan pendekatan grounded,
selanjutnya menghasilkan kesimpulan yang diangkat menjadi general designe
tentang Motivasi Pengunjung Melakukan Ritual di Dalam Pesarean Gunung Kawi.
4. Teknik pendekatan yang dilakukan
a. Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu berusaha mengeksplorasi
secara rinci dan mendalam tentang individu atau unit masyarakat (para
pengunjung pesareaan dengan kegiatan ritual yang dilakukan) dikupas melalui
pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan kurun waktu yang ditentukan untuk
memperoleh data yang cukup, fokus pada kajian tentang motivasi pengunjung
melakukan ziarah di dalam pesarean Gunung Kawi.
Penelitian kualitatif
ini tidak hanya mengeneralisasikan suatu permasalahan, akan tetapi mengutamakan
kajian pada suatu masalah secara mendalam tentang alasan dan motivasi yang
mendasari para pengunjung untuk melakukan ritual di dalam pesarean Gunung. Di
dalam fenomena kegiatan ritual yang dilakukan tersebut, pasti akan terdapat
permasalahan yang menimbulkan pertanyaan yang harus diteliti. Sebab setiap
permasalahan memiliki perbedaan baik sifat dan karakteristik masalah tersebut,
dan memiliki pendekatan penelitian ini dapat diuraikan secara utuh dan mendalam
pada situasi yang wajar dan alamiah ( Bogdan & Biklen 1992 Denzin &
Lincoln 1994:76). Melalui pendekatan kualitatif dapat diperoleh gambaran
pemahaman yang utuh dan bermakna atas perilaku dari subyek terteliti.
Penelitian kualitatif berusaha untuk memahami fenomena sosial yang ada di
masyarakat.
a.
Metode Fenomenologi
Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode fenomenologi. Penelitian
fenomenologi bersifat induktif. Pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang
dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat fenomenologi adalah
pemahaman tentang respon atas kehadiran atau keberadaan manusia, bukan sekedar
pemahaman atas bagian-bagian yang spesifik atau perilaku khusus. Tujuan
penelitian fenomenologikal adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman apa yang
dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain.
Dalam metode fenomenologi ini, peneliti menggunakan metode fenomenologi yang
bersifat realistic phenomenology.
Karena menekankan pada pencarian secara universal mengenai persoalan berbagai
objek yang meliputi tindakan manusia, motif tindakannya, dan nilai
kepribadiannya.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
Data hasil
yang peneliti dapatkan dari observasi yang dilakukan di gunung kawi, peneliti
melihat banyak peziarah datang berbondong-bondong pada saat malam jumat legi.
Untuk melakukan ziarah, para pengunjung diwajibkan untuk membawa bunga dan
menyan. Selain itu, para pengunjung pesarean yang ingin berziarah selain
membawa bunga serta menyan juga ada yang membawa kantung berwarna merah dan
berwarna kuning. Kantung ini digunakan untuk menyimpan menyan dan bunga yang
diberikan oleh abdi dalem makam untuk disimpan. Di dalam area makam bau menyan
dan bau dupa sangat menyengat sekali.
Selain itu orang-orang yang akan berziarah di makam Eyang Djugo dan Mbah Imam
Sudjono diwajibkan untuk berlutut. Suasana di dalam sangat penuh dan
berdesak-desakan. Semua orang ingin cepat-cepat untuk sampai di depan makam.
Sesampai di
depan makam bunga dan menyan yang dibawa oleh peziarah diberikan kepada abdi
dalem, yang kemudian dituang di atas tempayan yang terbuat dari bamboo.
Kemudian bila saat dituangnya bunga abdi dalem menemukan uang ia akan mengambil
dan memisahkan di tempat lain. Setelah bunga diterima peziarah dipersilakan
untuk berdoa di depan makam yang dibatasi dengan palang besi. Setelah berdoa
selesai, peziarah diberikan bunga serta menyan yang telah disiapkan oleh abdi
dalem untuk dibawa pulang. Dimana bunga dan menyan tersebut sebelumnya telah
diasapi. Bila peziarah ingin baranng-barangnya yang lain seperti tas atau air
jamjam diasapi, peziarah bisa langsung menyampaikan pada abdi dalem.
Setelah
berdoa di dalam makam selesai, kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah
mengitari makam sebanyak dua kali dimana di area makam tersebut terdapat empat
pintu. Di setiap pintu itu kita harus memanjatkan doa, di pintu ketiga kita
harus menepuk dinding sebanyak tiga kali sebelum kita berdoa. Orang-orang yang
datang berziarah berdoa ausahanya lancar, minta kesehata, serta meminta
kemudahan
.
B.
Pembahasan
Pada bagian
pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tentang apa sebenarnya motivasi dari
pengunjung yang datang berziarah ke gunung kawi. Peneliti mendapatkan data dari
hasil observasi dan wawancara di lapangan. Dari hasil observasi peneliti mendapatkan
data bahwa banyak orang yang datang berbondong-bondong ke area pesarean di
gunung kawi. Tidak hanya dari golongan muda, golongan tua pun ikut serta.
Selain itu tidak hanya ibu-ibu, bapak-bapak juga ikut serta melakukan ziarah di
makam Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono.
Orang-orang yang datang untuk melakukan
ziarah di makam Eyang djugo dan mbah Imam Sudjono berasal dari berbagai macam
daerah. Tidak hanya sebatas dari wilayah Malang saja. Para pengunjung yang
datang di area pesarean makam Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono saling
berdesak-desakan, saling ingin mendahului untuk segera berdoa di depan makam
Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono. Pengunjung yang akan melakukan ziarah di
makam Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono diwajibkan membawa “satu paket” peralatan
yaitu bunga yang disertai menyan. Dan “paket” tersebut akan pengunjung berikan
kepada abdi dalem dari makam Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono. Dimana di dalam
“paket” tersebut pengunjung menyelipkan uang tanpa ada nominal yang di
tentukan. Pengunjung seikhlasnya memberikan uang yang akan ia berikan beserta
dengan bunga dan menyan. Selain membawa benda wajib yang harus dibawa saat
ziarah, pengunjung juga banyak yang membawa jerigen-jerigen air yang berisi
air. Saat tiba giliran untuk berdoa, pengunjung yang membawa air jamjam meminta
kepada abdi dalem untuk diasapi. Tak hanya itu bisa juga meminta barang yang
lain.
Air tersebut merupakan air jamjam. Air
jamjam merupakan air yang berasal dari guci peninggalan Eyang Djugo dan Mbah
Imam Sudjono. Menurut kepercayaan, air jamjam memiliki banyak khasiat,
diantaranya dapat membuat orang yang meminumnya menjadi awet muda serta bila
kita akan menghadapi ujian kita akan merasa tenang. Namun air jamjam tersebut
juga memiliki efek bila air tersebut dimasak. Menurut kepercayaan, bila dimasak
terlebih dahulu air tersebut akan menjadi sumber penyakit bagi peminumnya.
Dari hasil wawancara pun saya dapatkan
bahwa pengunjung tidak hanya sekali atau dua kali datang ke area pesarean
gunung kawi untuk melakukan ziarah. Ada pengunjung yang datang setiap hari, ada
yang datang setiap malam jumat legi, dan ada juga yang datang pada malam senin
pahing. Seperti pada ibu yang pada saat itu datang bersama saya. Ia merupakan
seorang pedagang buah, ia mengatakan sudah tiga tahun datang untuk berziarah ke
makam.
Ia berdoa untuk memohon agar usahanya
sukses. Dan hingga sekarang usahanya memang sukses. Ibu penjual buah tersebut
terus menerus melakukan ziarah ke makam Eyang Djugo dan mbah Imam Sudjono
karena terdapat motivasi yang muncul dari dirinya sendiri. Terdapat motivasi
intrinsik. Bila di analisis dengan menggunakan teori Abraham Maslow, seorang
individu memiliki kebutuhan pokok dan kebutuhan yang paling mendasar ialah
kebutuhan fisiologis. Ibu penjual buah tersebut rutin melakukan kegiatan ziarah
ke makam karena ia ingin agar usahanya tetap lancar. Dengan usahanya yang
berjalan lancar maka ia dapat memenuhi kebutuhan yang paling mendasar yaitu
kebutuhan fisiologisnya. Baik kebutuhan fisiolgis untuk dirinya sendiri maupun
kebutuhan fisiolois untuk keluarganya. Selain itu bila kebutuhan fisiologisnya
sudah terpenuhi, kebutuhan selanjutnya ialah kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan ini merupakan dimana individu ingin merasa aman, terlindung, serta
jauh dari bahaya. Ibu penjual buah ingin merasa aman. Ia berziarah selain untuk
mendoakan Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono juga untuk memohon agar ia selalu
di lindungi oleh Allah SWT dari marabahaya.
Teori ERG milik
Clayton menekankan pada keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan. Teori ini
merupakan termasuk dalam teori motivasi. Menurut Alderfer eksistensi merupakan
kebutuhan fisiologis seperti lapar, haus, kebutuhan akan seks dan juga gaji
atau penghasilan. Orang-orang yang datang ke gunung kawi, mereka yang berdoa di
pesarean enginginkan agar eksistensinya tetap lancar. Dalam artian ia berdoa
agar ia tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Sedangkan kebutuhan
keterkaitan merupakan kebutuhan dimana menyangkut hubungan dengan orang-orang
yang penting bagi seseorang. Para peziarah yang datang untuk berdoa menganggap Eyang Djugo dan Mbah Imam
Sudjono merupakan orang yang penting. Orang yang dianggap bisa menjadi
perantara atas doa-doa yang dipanjatkan. Kebutuhan selanjutnya ialah kebutuhan
pertumbuhan yang meliputi keinginan untuk produktif dan kreatif dengan
mengerahkan kesanggupan. Salah satu peziarah misalnya ibu pedagang buah yang
ingin tetap produktif. Produktif dalam arti ia tetap menjalankan usahanya. Agar
ia dapat tetap produktif, maka ia melakukan kesanggupan dengan cara berziarah
di makam Eyang Djugo dan Mbah Imam Sudjono yang ia percaya dapat embantu dalam
melancarkan usaha dan keinginannya.
BAB V
KESIMPULAN
Motivasi
seseorang untuk datang berziarah ke gunung kawi sangat bermacam-macam. Ada yang
hanya sekedar untuk mengirimkan doa untuk Eyang Djugo dan mbah Imam Sudjono ada
juga yang meminta kesehatan dan kemudahan rezeki kepada Allah melalui perantara
dengan berziarah di makam ini. Pelaksanaannya pun tidak hanya sekali atau dua
kali, namun peziarah telah melakukan berkali-kali bahkan menjadi rutinitas.
Orang-orang yang datang untuk berziarah memiliki motivasi yang timbul dari
dalam dirinya sendiri. Ziarah yang ia lakukan sudah menjadi rutinitas wajib
yang peziarah lakukan. Ada yang sebulan sekali setiap malam jumat legi, sebulan
sekali setiap senin pahing, ada juga yang melakukannya setiap hari.
Daftar Pustaka
http://rafi-orilya.blogspot.com/2012/03/arti-ziarah-kubur-menurut-syariat-agama.html#axzz1xdvs4OkP
http://bodhi-cahyana.blogspot.com/2008/11/mitos-gunug-kawi.html
http://www.docstoc.com/docs/85242555/Teori-ERG